Jumat, Mei 23, 2008

Remaja dan Perilaku Seks Pranikah


Remaja adalah suatu fase perkembangan manusia dimana seseorang mengalami masa transisi, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja. Ketika seseorang mengalami masa remaja dia akan mengalami berbagai perubahan yang drastis, termasuk perubahan jasmani, sosial, emosi, dan perilaku. Hal ini mengakibatkan seorang remaja akan rentan terhadap pengaruh yang ditimbulkan oleh lingkungannya,.
Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali remaja menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu remaja dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Dalam masa-masa yang seperti disebutkan di atas, remaja seringkali terjebak dalam perilaku yang tidak baik. Hal ini bisa diakibatkan oleh emosi yang belum stabil dan rasa keingintahuan yang besar tanpa disertai oleh pemahaman yang cukup, serta proses aktualisasi diri. Perilaku tidak baik yang sering kali menghinggapi kalangan remaja diantaranya adalah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba atau miras, kekerasan (tawuran), vandalisme, dan perilaku tidak baik lainnya yang sering disebut dengan kenakalan remaja. Serta satu hal lagi perilaku tidak baik remaja yang cukup mengkhawatirkan yaitu perilaku seks pranikah. Dikatakan mengkhawatirkan karena perilaku seks pranikah selain tentu saja melanggar aturan agama dan norma-nroma yang ada di masyarakat, juga bisa menimbulkan resiko yang berbahaya seperti terkena penyakit kelamin, HIV/AIDS, atau bahkan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan yang bisa memicu tindakan aborsi ilegal. Namun di sisi lain, perilaku seksual merupakan naluri alamiah setiap manusia yang cepat atau lambat di dalam diri setiap manusia akan timbul dorongan untuk melakukannya. Sehingga dalam hal ini tak jarang timbul konflik dalam diri remaja, masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri.

Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata).
Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas, atau karena pengaruh kelompok (komunitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri. Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ seksual. Kelenjar seks yang tetap bekerja bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh, melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial.
Cukup naïf bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya. Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan, pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri. Pada masa remaja, kedekatannya dengan teman sepermainannya sangat tinggi, maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.
Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda.

Selain itu perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat.

Namun kadang kala perilaku seks pranikah dilakukan karena faktor “terlanjur”, pada awalnya perilaku tersebut dilakukan atas desakan atau paksaan dari lawan jenisnya tetapi pada masa selanjutnya perilaku tersebut dilakukan atas keinginan sendiri karena dorongan kebutuhan biologis. Hal tersebut ia lakukan berulang-ulang tanpa beban karena ia berpikir bahwa hal tersebut telah terlanjur pernah ia lakukan, faktor seperti ini umumnya terjadi pada remaja perempuan.

Terlepas dari itu semua, remaja sebagai penerus bangsa sudah seharusnya mengindari berbagai hal yang tidak baik termasuk perilaku seks pranikah. Karena sesungguhnya tanpa kontrol dan pemahaman yang baik, perilaku tersebut dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan yang hanya dapat disesali dikemudian hari. Masih banyak hal-hal positif yang dapat dijadikan sebagai ajang penyaluran apresiasi, minat, bakat, dan kreatifitas remaja yang tentu saja akan jauh lebih bermanfaat. Untuk itu ketika akan melakukan sesuatu, remaja hendaknya memikirkan terlebih dahulu baik buruknya akibat yang akan ditimbulkan dari tindakan yang akan dilakukannya. Dan yang lebih penting, pemahaman mengenai ajaran agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat agar senantiasa dijaga.



Sumber:
- www.ms.wikipedia.org
- www.e-psikologi.com
- www.situs.kesrepro.info

0 comments:

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP