Jumat, Mei 23, 2008

Akibat Berlama-Lama Di Depan Komputer

Chris Simmons beruntung, ia masih hidup. Programer komputer asal Bristol, Inggris ini, roboh setelah menghabiskan waktu 12 jam bekerja dengan komputernya. Beberapa hari kemudian, ia mulai mengalami batuk darah. Pindaian MRI menunjukkan ia menderita pulmonary embolism.

Kasus pria sehat berusia 41 tahun yang vegetarian ini, menjadi kasus e-trombosis pertama yang dilaporkan di Inggris. Kasus e-trombosis pertama yang tercatat adalah yang terjadi pada seorang pria muda dari Seladia Baru. Pria tersebut hampir meninggal, setelah menghabiskan waktu berjam-jam duduk di depan komputernya.

Kasus kematian karena e-trombosis yang pertama tercatat adalah seorang pria Korea Selatan berusia 24 tahun yang roboh dan meninggal, setelah bermain game komputer secara maraton 80 jam di berbagai kafe internet.

Kasus-kasus di atas adalah kasus-kasus ekstrem yang banyak disebut dalam publikasi-publikasi mengenai e-trombosis. Pesan yang ingin disampaikan sangat jelas, e-trombosis bukan hal yang main-main. Tampak sesuatu yang sepele, tapi bisa berakibat fatal.

Apa itu "e-trombosis"?
Aliran darah sangat penting, untuk menyirkulasikan makanan dan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Di dalam darah terdapat suatu sistem yang dikenal dengan mekanisme pembekuan (penggumpalan) darah. Mekanisme pembekuan darah memerankan dua fungsi yang vital namun berlawanan. Fungsi pertama adalah menjaga agar darah tetap mengalir dan yang kedua, membentuk satu "sumbatan" atau bekuan untuk menghentikan perdarahan.

Dalam keadaan normal, fungsi pembekuan darah dalam keadaan tidak aktif. Namun, ketika kita terluka, misalnya pembuluh darah tersayat, fungsi pembekuan ini diaktifkan dan darah membentuk suatu massa padat atau bekuan, untuk melindungi kita dari kehilangan darah. Mekanisme pembekuan sangat efektif di dalam menjaga keseimbangan antara darah yang mengalir. Akan tetapi, kadang-kadang mekanisme ini bekerja keliru dan satu bekuan terbentuk di dalam pembuluh darah yang tidak terluka.

Ketika aliran darah terganggu atau darah berhenti mengalir dengan bebas, mekanisme pembekuan diaktifkan dan darah menjadi suatu massa padat. Para dokter menggunakan istilah thrombus untuk menjelaskan hal ini. Ketika suatu bekuan terjadi di dalam satu pembuluh darah dan menghambat keseluruhan urat nadi (arteri) dan urat darah halus, inilah yang disebut trombosis (thrombosis). Hal ini dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, karena pembuluh darah terdapat di seluruh tubuh untuk menyirkulasikan makanan dan oksigen yang dibutuhkan agar kita tetap hidup.

Trombosis dapat terjadi ketika darah lebih kental dari normal, ada kerusakan pada dinding pembuluh darah, aliran darah berkurang karena sesuatu hal, atau karena kombinasi faktor-faktor ini.

Satu penelitian menunjukkan, duduk tanpa bergerak hanya untuk selama satu setengah jam, dapat mengurangi mengalirnya darah pada pembuluh popliteal (di belakang lutut) sampai 40 persen.

Jenis-jenis trombosis di antaranya, pertama, pembekuan darah dalam urat darah halus yang disebut venous thrombosis. Contohnya, pembekuan darah pada urat darah dalam, biasanya di kaki (deep vein thrombosis/DVT), pembekuan darah di urat darah retina mata (retinal vein thrombosis). Kedua, pembekuan darah di arteri (arterial thrombosis), contohnya, pembekuan darah di arteri jantung, seperti arteri koroner, dikenal sebagai serangan jantung (myocardial infarction), dan pembekuan darah di otak dikenal sebagai stroke (cerebrovaskular accident).

Seseorang yang menderita trombosis, berisiko mengalami embolisme yaitu ketika sebagian dari bekuan darah terlepas dan bergerak ke sekeliling tubuh dan akhirnya menghambat satu arteri. Proses ini disebut embolisasi dan bagian bekuan darah yang terlepas disebut embolus atau emboli. Contoh dari hal ini adalah ketika bagian dari bekuan darah pada deep vein thrombosis (DVT) terlepas, lalu bergerak naik ke kaki, melewati sisi kanan jantung dan sampai di arteri paru-paru (artery pulmonary). Ini disebut sebagai pulmonary embolism (PE). PE yang besar dapat memblokir keseluruhan suplai darah ke paru-paru dan ini fatal. PE yang lebih kecil dapat menyebabkan sesak napas dan rasa sakit dan bahkan batuk darah.

E-trombosis adalah varian baru dari DVT. Istilah e-trombosis diciptakan oleh Dr. Richard Beasley dari Medical Research Institute, Selandia Baru, untuk menjelaskan hubungan antara duduk pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama di depan komputer dengan terjadinya DVT dan kemudian PE.

Dr. Beasley dan rekan-rekannya inilah yang meneliti kasus pria berusia 32 tahun dari Selandia Baru, yang mengalami DVT dan PE setelah duduk dalam jangka waktu yang lama di depan komputer. Dia terbiasa duduk selama 12 jam sampai 18 jam dan kadang-kadang tak bergerak selama enam jam.

Efek e-trombosis ini sama dengan DVT yang dialami para penumpang pesawat terbang jarak jauh, yang disebut dengan economy class syndrome dan lebih umum terjadi pada orang-orang yang sangat jangkung atau pendek dan juga pada orang-orang yang memiliki faktor risiko lain, seperti menggunakan pil kontrasepsi oral atau melakukan perjalanan dalam keadaan tidak sehat.

Hubungan antara duduk terlalu lama dengan terjadinya DVT pertama kali dikenali pada Perang Dunia II, ketika orang-orang London duduk tidur semalaman di kursi geladak tempat perlindungan dari serangan udara.

Upaya pencegahan agar tidak mengalami e-trombosis sederhana saja, yaitu bergerak. Gerakkan kaki ke atas dan ke bawah agar otot-otot betis berkontraksi. Berdiri lalu berjalan-jalan di sekitar tempat kerja selama 5-10 menit tiap satu jam. Dan juga penting adalah banyak minum, karena dehidrasi adalah faktor risiko tekena DVT. (A.Taufik, S.P.)

0 comments:

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP